Abdullah ibn al-Mubarak

Kegemarannya Menyenangkan Orang Lain

Oleh : Departemen Komunikasi dan Informasi

Syekh Abdullah ibn al-Mubarak tinggal di kota Marwa (sekarang Turministan). Jika musim haji tiba, warga kota Marwa yang hendak menunaikan ibadah haji selalu berkumpul karena ingin menemaninya. Kala itu, Syekh Abdullah ibn al-Mubarak berkata kepada mereka, "Bawalah perbekalan kalian!"


Syekh pun mengambil perbekalan mereka dan menaruhnya dalam sebuah kotak lalu dikuncinya. Setelah itu, Syekh menyewa kendaraan yang dapat mengantarkan mereka ke Baghdad. Syaikhlah yang membiayai kebutuhan mereka dan memberi mereka makanan dan kue-kue terbaikk. Dari Baghdad, Syekh mengajak mereka keluar dengan pakaian dan penampilan terbaik hingga sampai di kota Rasulullah saw.


Setiba di sana, Syekh Ibnu al-Mubarak menanyai satu per satu jamaahnya,

"Oleh-oleh apa yang diminta keluargamu dari Madinah?"

Beliau membelikan semua yang diinginkan mereka. Dari Madinah, beliau bersama jamaahnya bertolak ke kota Mekah. Setibanya, beliau bersama-sama menunaikan manasik.


Seperti di Madinah, Syekh juga menanyai satu per satu jamaahnya, :

"Oleh-oleh apa yang dipesan oleh keluargamu dari kota Mekah?"

Setelah membeli semua keinginan masing-masing, Syekh mengajak jamaah keluar dari kota Mekah. Selama di perjalanan, beliaulah yang memenuhi biaya mereka, bahkan hingga kembali ke kota Marwa.


Tiga hari sepulang dari Mekah, Syekh Ibnu al-Mubarak berkenan untuk mengundang semua jamaahnya dalam sebuah acaranya. Uniknya, beliau memberikan pakaian baru kepada mereka.


Usai makan-makan, Syekh mengajak mereka melihat kotak, lalu membukanya. Setiap jamaah mendapat satu bungkus uang yang di alasnya sudah tertulis nama masing-masing. Anehnya, uang yang dalam bungkusan itu masih utuh seperti halnya sebelum berangkat.

Setelah menunaikan ibadah haji bersama seorang ahli Allah sekaligus hamba istimewa-Nya, yakni pria penuh berkah (Abdul ibn al-Mubarak) yang sudah menjadi perantara datangnya kemudahan dan kesenangan selama menunaikannya.


Kita mengira bahwa apa yang ia infakkan kepada para jamaahnya berasal dari bekal yang telah mereka berikan kepadanya.


Kita mengira bahwa keluasan itu adalah keberkahan yang telah diberikan Allah melalui tangannya.


Namun, ternyata itu bukan kesimpulan yang dapat kita petik darinya. Sebab, kita melihat tanda-tanda kebesaran dan cahaya Allah yang lain.


Pada akhirnya, kita dikejutkan dengan kembalinya seluruh bekal yang dikumpulkan sebelumnya oleh para jamaah, dan bekal itu masih utuh seperti sediakala.


Kesenangan seperti apa yang mengejutkan kita? Kebahagiaan seperti apa yang meliputi kita?

"Siapa saja yang memberi sebuah kebahagiaan kepada saudaranya sesama muslim, maka Allah akan mengampuni dosanya"


Mari kita perbaiki hidup kita dengan cara membenahi cara kita berkumpul, syukur-syukur bisa memberi manfaat kepada orang lain.


خَيْرُ النَّاسِ اَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

"Sebaik-baik orang adalah yang dapat memberi manfaat kepada sesama"


Lebih baik lagi jika kita mampu menciptakan kebahagiaan orang lain, menjadi orang yang melegakan semua pihak.


عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا  قَالَ : إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِنَّ اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اِلَى اللهِ بَعْدَ الْفَرَائِضِ إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى الْمُسْلِمِ

"sesungguhnya amal yang paling disukai Allah SWT setelah melaksanakan berbagai hal yang wajib adalah menggembirakan muslim yang lain"


رُوِيَ، مَنْ اَدْخَلَ عَلَى مُؤْمِنٍ سُرُوْرًا، خَلَقَ اللهُ مِنْ ذَلِكَ السُرُوْرِ سَبْعِيْنَ اَلْفَ مَلَكٍ، يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

"Barang siapa yang membahagiakan orang mukmin lain, Allah Ta'ala menciptakan 70.000 malaikat yang ditugaskan memintakan ampunan baginya sampai hari kiamat sebab ia telah membahagiakan orang lain"


لَهُ صَبِيٌّ صَغِيْرٌ، فَاِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ يَسْتَقْبِلُهُ، فَيَدْفَعُ اِلَيْهِ شَيْئًا مِنَ الْمَأْكُوْلاَتِ اَوْ مَا يَفْرَحُ بِهِ، فَاِذَا فَرِحَ الصَّبِيُّ يَكُوْنُ كَفَّارَةً لِذُنُوْبِهِ

Karena ia memiliki anak kecil, ketika pulang dari bepergian, saat ia masuk ke rumahnya, ia disambut putranya yang masih kecil, ia memberikan buah tangan yang membuat sang buah hati bahagia.


Kebahagiaan anak inilah yang mengakibatkan ia memperoleh "Kaffarotudz dzunub", dosa yang diampuni.


"Hadits-hadits dan penjelasan dalam kitab-kitab tersebut menekankan pentingnya memberikan kebahagiaan kepada sesama Muslim. Amal ibadah yang dilakukan dengan tujuan membahagiakan orang lain sangat disukai oleh Allah SWT. Bahkan, kebahagiaan yang diberikan kepada sesama dapat menjadi sebab diampuninya dosa-dosa. Dengan menjadi orang yang bermanfaat dan memberikan kebahagiaan kepada orang lain, kita tidak hanya memenuhi kewajiban agama, tetapi juga mendapatkan ridha Allah dan pahala yang besar."

SumberMuhammad Khalid Tsabit (2013). Min Ma'arif al-Sadat al-Shufiyyah, Dar al-Muqath-tham, KairoShofi Al Mubarok Baedlowie (2015, Maret 19) Fadhilah Membahagiakan Orang Lain. Diambil kembali dari nu.or.id: https://www.nu.or.id/khutbah/fadhilah-membahagiakan-orang-lain-lbAl9